Minggu, 20 Desember 2009

Meraih Sukses Menurut Q.S. Al-Hajj (22) Ayat 77

BAB I
PENDAHULUAN

Setiap manusia mengharapkan kesuksesan, kemenangan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Namun, untuk mencapainya tidaklah mudah. Banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi. Ibarat orang yang sedang mendaki gunung ke puncak, harus melewati bukit yang terjal.
Allah SWT menciptakan manusia pasti dengan hikmah. Allah menghendaki manusia agar hidup bahagia dan sukses di dunia dan akhirat. Salah satu bukti kehendak Allah tersebut adalah diturunkannya Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan petunjuk hidup manusia agar sukses menjalani hidup di dunia dan akhirat.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan cara agar manusia mendapatkan kesuksesan. Salah satu ayat yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Q.S. Al-Hajj (22) ayat 77. Penulis mencoba untuk mengkaji dari beberapa tafsir Al-Qur’an. Penulis sajikan pula beberapa ayat yang terkait dengan kesuksesan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sukses
Kata sukses dalam Al-Qur’an sering menggunakan kata aflaha, tuflihuun, atau muflihuun. Kata aflaha yuflihu menurut kamus bahasa Arab memiliki arti menang, jaya, berhasil maksudnya, sukses (lawan gagal). Kata muflih berarti yang menang atau yang berhasil maksudnya. (Mahmud Yunus, 1973:323)
Dalam terjemah-terjemah Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia juga menggunakan kata-kata tersebut. Dengan kata lain, kemenangan, keberuntungan, kejayaan, dan kebahagiaan merupakan bagian dari kesuksesan.
Kita dapat dikatakan sukses ketika kita dapat menggapai yang kita harapkan atau yang kita cita-citakan. Sukses juga sering kita sandingkan saat kita terlepas dari kesulitan hidup. Namun, makna yang sebenarnya dari kesuksesan adalah saat kita dapat berbahagia baik di dunia maupun di akhirat.
B. Tafsir Q.S. Al-Hajj (22):77
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”
Ayat di atas merupakan perintah yang ditujukan kepada kaum beriman agar melaksanakan misi mereka. Hai orang-orang yang beriman, ruku’ dan sujudlah kamu, yakni laksanakan shalat dengan baik dan benar, serta sembahlah Tuhan Pemelihara dan Yang selalu berbuat baik kepada kamu, persembahan dan ibadah antara lain dengan berpuasa, mengeluarkan zakat, melaksaakan haji, dan aneka ibadah lainnya dan perbuatlah kebajikan seperti bersedekah, silaturrahim, serta amal-amal baik dan akhlak yang mulia, semoga kamu yakni lakukanlah semua itu dengan harapan mendapat kemenangan.
M. Quraish Shihab berpendapat bahwa ayat ini secara umum telah mencakup semua tuntunan Islam, dimulai dari akidah yang ditandai dengan penamaan mereka yang diajak dengan orang-orang yang beriman, selanjutnya dengan memerintahkan shalat dengan menyebut dua rukunnya yang paling menonjol yaitu ruku’ dan sujud. Penyebutan shalat secara khusus karena ibadah ini merupakan tiang agama. Setelah itu disebut aneka ibadah yang mencakup banyak hal, bahkan dapat mencakup aktivitas sehari-hari jika motivasinya adalah mencari ridha Ilahi, dan akhirnya ditutup dengan perintah berbuat kebajikan yang menampung seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi, baik yang berdasar wahyu maupun nilai-nilai yang sejalan dengan tujuan syariat, baik yang berupa hukum dan undang-undang maupun tradisi dan adat istiadat. Jika hal-hal di atas dipenuhi oleh satu masyarakat, maka tidak diragukan pastilah mereka, secara individual dan kolektif, akan meraih keberuntungan yakni meraih apa yang mereka harapkan di dunia dan di akhirat.
La’allakum tuflihun (semoga kamu mendapat kemenangan) mengandung isyarat bahwa amal-amal yang diperintahkan itu, hendaklah dilakukan dengan harapan memperoleh al-falah (keberuntungan) yakni apa yang diharapkan di dunia dan di akhirat. Kata la’alla (semoga) yang tertuju kepada para pelaksana kebaikan itu, memberi kesan bahwa bukan amal-amal kebaikan itu yang menjamin perolehan harapan dan keberuntungan apalagi surga, tetapi surga adalah anugerah Allah dan semua keberuntungan merupakan anugerah dan atas izin-Nya semata.
Kata tuflihun terambil dari kata falaha yang juga digunakan dalam arti bertani. Penggunaan kata itu memberi kesan bahwa seorang yang melakukan kebaikan, hendaknya jangan segera mengharapkan tibanya hasil dalam waktu yang singkat. Ia harus merasakan dirinya sebagai petani yang harus bersusah payah membajak tanah, menanam benih, menyingkirkan hama, dan menyirami tanamannya, lalu harus menunggu hingga memetik buahnya. (M. Quraish Shihab, Vol-9, 2002:130 – 131)
Al-Maraghi (Juz 17, 1993:262) menafsirkan ayat ini sebagai berikut:
“Wahai orang-orang yang mempercayai Allah dan rasul-Nya, tunduklah kepada Allah dengan bersujud, beribadahlah kepada-Nya dengan segala apa yang kalian gunakan untuk menghambakan diri kepada-Nya, dan berbuatlah kebaikan yang diperintahkan kepada kalian, seperti mengadakan hubungan silaturahmi dan menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, supaya kalian beruntung memperoleh pahala dan keridaan yang kalian cita-citakan.”

Prof. Dr. Hamka (Juz 17, 1981:257) berpendapat:
“Wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah dan sujudlah kamu dan sembahlah Tuhan kamu. Maksud ketiga perintah adalah sembahyang. Karena diantara ibadat teguh hendaklah sembahyang, supaya sembahyang bertambah khusyu’ hendaklah iman. Iman adalah ketundukan akal. Sembahyang adalah memperdalam perasaan. Ruku’ dan sujud itu adalah melatih rasa tunduk. Menyembah Tuhan ialah dengan tunduk akan segala perintah dan menghentikan apa yang dilarang. Dan perbuatlah kebajikan, sembahyang adalah ibadat yang bertujuan mendekatkan diri dengan Tuhan. Berbuat kebajikan ialah meneguhkan hubungan dengan sesama manusia dengan menghubungkan silaturahmi dan menegakkan budi pekerti yang mulia. Supaya kamu mendapat kemenangan, kemenangan yang dicapai dengan teguh beribadat kepada Allah yang berpangkal dengan ruku’ dan sujud, tegasnya dengan sembahyang yang diimbangkan dengan kesukaan berbuat kebajikan, adalah dunia akhirat. Di dunia hati lapang, pikiran tidak tertubruk, ilham Tuhan datang, dan pergaulan luas. Di akhirat ialah surga yang dijanjikan Tuhan.”

Jadi, cara untuk menggapai kesuksesan menurut tafsir atas Q.S. Al-Hajj (22) ayat 77 adalah sebagai berikut:
1. Beriman kepada Allah SWT.
2. Mendirikan shalat sebagai tiang agama.
3. Beribadah menghambakan diri kepada Allah SWT dengan motivasi menggapai ridho-Nya.
4. Berbuat kebaikan yang mencakup kebaikan duniawi dan ukhrawi, baik yang berdasar wahyu maupun nilai-nilai yang sejalan dengan tujuan syariat, baik yang berupa hukum dan undang-undang maupun tradisi dan adat istiadat.
Jika hal-hal di atas dipenuhi oleh satu masyarakat, maka tidak diragukan pastilah mereka, secara individual dan kolektif, akan meraih keberuntungan yakni meraih apa yang mereka harapkan di dunia dan di akhirat.
C. Ayat-ayat Lainnya tentang Meraih Kesuksesan
1. Al-Baqarah:189
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
2. Ali Imran:104
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
3. Al-A’la: 14
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)


BAB III
P E N U T U P

Sukses tidak diukur dengan banyaknya harta melimpah. Sukses juga tidak diukur dengan tingginya jabatan atau panjangnya gelar yang diperoleh. Namun, kesuksesan sesungguhnya adalah saat kita dapat merasakan ketenangan, kebahagiaan, dan keselamatan baik lahir dan batin maupun dunia dan akhirat.
Meraih sukses dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Diantaranya menurut Q.S. Al-Hajj (22) ayat 77 adalah sebagai berikut:
1. Beriman kepada Allah SWT.
2. Mendirikan shalat sebagai tiang agama.
3. Beribadah menghambakan diri kepada Allah SWT dengan motivasi menggapai ridho-Nya.
4. Berbuat kebaikan yang mencakup kebaikan duniawi dan ukhrawi, baik yang berdasar wahyu maupun nilai-nilai yang sejalan dengan tujuan syariat, baik yang berupa hukum dan undang-undang maupun tradisi dan adat istiadat.
Jika hal-hal di atas dipenuhi oleh satu masyarakat, maka tidak diragukan pastilah mereka, secara individual dan kolektif, akan meraih keberuntungan yakni meraih apa yang mereka harapkan di dunia dan di akhirat.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi Juz 17. pent. Bahrun Abubakar, dkk.. PT Karya Toha Putra, Semarang, cet. 11. 1993.

Hamka, Prof. Dr.. Tafsir Al-Azhar Juz 17. PT Pustaka Islam, Surabaya, cet. 2, 1981

Mahmud Yunus, Prof. H.. Kamus Arab-Indonesia. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran Al-Qur’an. Jakarta. 1973.

Mohamad Taufiq. Quran In Word Ver 1.0.0. mtaufiq@rocketmail.com.

M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Volume 9. Lentera Hati, Jakarta, 2002

Email with Gmail

BAB I
PENDAHULUAN

Ada pepatah “orang yang menguasai informasi, dia akan menguasai dunia”. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini ditandai dengan pesatnya dunia teknologi informatika (IT). Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan IT dengan semaksimal mungkin. Hal ini penting dilakukan agar kita tidak tertinggal. Untuk menyikapi hal tersebut, Program Pascasarjana STAIN Cirebon mengadakan mata kuliah Teknologi Informasi (IT) dalam Pendidikan.
Mata kuliah IT dalam Pendidikan membahas beberapa materi. Materi tersebut antara lain Microsoft Word, Excel, Power Point, Email, dan Blog. Kelompok kami mendapatkan tugas untuk mengupas tentang Email. Kami batasi bahasan kami pada membuat akun dan mengirim email dengan menggunakan gmail. Berikut paparan kami tentang email. Kami sajikan secara simpel dan ringkas.

BAB II
PEMBAHASAN

Email singkatan dari electronic mail. Email merupakan salah satu cara mengirim surat di dunia maya. Salah satu syarat menggunakan email adalah mempunyai alamat email. Selain itu juga kita harus mengetahui cara membuka email, membuat akun, mengirim surat, dan menerima surat. Email yang dikaji hanya di Gmail.
A. Membuat Akun di Gmail
Akun adalah alamat di email. Akun merupakan rumah kita di dunia maya. Agar kita dapat menerima dan mengirim email, kita harus mempunyai akun. Berikut tahapan-tahapan membuat email.
1. Pastikan komputer terhubung dengan internet.
2. Klik menu, kemudian klik internet explorer atau mozilla firefox.
Akan muncul tampilan seperti berikut


3. Ketik www.gmail.com pada alamat internet kemudian tekan enter.

4. Klik “buat akun”, maka akan muncul tampilan berikut

5. Ganti ke bahasa Indonesia, jika yang tampil bahasa asing.
6. Isi formulir antara lain
a. Nama depan
b. Nama belakang
c. Nama login (alamat) yang diinginkan
d. Buat sandi
e. Masukkan kembali sandi
f. Pilih pertanyaan rahasia
g. Jawaban dari pertanyaan rahasia
h. Email sekunder
i. Lokasi
j. Verifikasi kata
k. Persyaratan layanan
7. Klik “Saya menerima. Buat akunku”.
8. Akan muncul tampilan berikut

9. Siap menggunakan email.
B. Menggunakan Email di Gmail
1. Pastikan komputer terhubung dengan internet.
2. Klik menu, kemudian klik internet explorer atau mozilla firefox. Maka muncul tampilan berikut

3. Ketik www.gmail.com pada alamat internet kemudian tekan enter.

4. Karena kita sudah mempunyai akun, isi nama pengguna dengan akun kita juga isi sandinya. Lalu klik “masuk”.

5. Email kita telah terbuka.
6. Klik “kotak masuk” untuk melihat pesan yang masuk. Klik salah satu judul pesan yang masuk, maka akan tampil isi pesan.
7. Klik “pesan terkirim” untuk mengecek pesan yang terkirim. Klik salah satu judul pesan yang terkirim, maka akan tampil isi pesan.
8. Klik “membuat pesan” akan tampil sebagai berikut

9. Ketik alamat email yang dituju, judul email, dan isi email.
10. Klik “kirim”, maka pesan akan terkirim. Untuk mengecek pesan terkirim atau belum, klik “pesan terkirim”.
11. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah menutup email. Hal ini dilakukan untuk menghindari email kita dibaca orang lain. Untuk menutup email klik “sign-out”.

Maka akan muncul tampilan berikut

Jika tampilan sudah seperti di atas, kita sudah keluar dari email kita.

BAB III
P E N U T U P

Beberapa hal yang penting dalam menggunakan email adalah:
1. Mempunyai alamat email yang biasa disebut akun.
2. Mengirim pesan.
3. Menerima pesan yang masuk.
4. Menutup email.
Sesungguhnya, penggunaan email tidak hanya terbatas pada mengirim dan menerima pesan. Masih banyak lagi manfaat dari email, antara lain untuk chatting, facebook, dan membuat blog. Yang terpenting dalam penggunaan email adalah “harus berani mencoba” dan “jangan malu bertanya”.

REFERENSI

www.google.com
www.gmail.com

Metode Testimoni

MENGAMBIL HIKMAH DIBALIK BENCANA
MELALUI TESTIMONI

A. Pendahuluan
Luasnya ilmu menjadi hambatan yang sangat besar dalam mengajarkan PAI. Hal ini dikarenakan keterbatasan jam pelajaran yang ada. Ilmu PAI idealnya diajarkan 40 jam pelajaran dalam seminggu. Hal ini hanya cocok di pesantren yang hampir semuanya mempelajari PAI. Sementara di sekolah atau madrasah hanya 2 jam sampai 10 jam pelajaran dalam seminggu. Oleh karenanya tidak mungkin dapat mempelajari PAI secara keseluruhan.
Hambatan tersebut memunculkan ide dalam pembelajaran PAI di sekolah atau madrasah. Salah satu idenya adalah dengan cara mengajarkan nilai atau pengamalan PAI. Jadi, bukan ilmunya yang dipelajari tapi pengamalannya yang dipelajari. Dengan demikian, beban belajar PAI tidak lagi menjadi berat. Siswa dapat langsung menerapkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah ini mencoba membahas tentang sebuah cara mengajarkan nilai pada siswa, yaitu melalui testimoni. Ini diambil dari pengalaman saya ketika mengajarkan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Kelas IX tentang Bencana. Tapi saya yakin dapat diterapkan pada pelajaran PAI.
B. Tentang Testimoni
Saya pertama kali mendengar kata ‘testimoni’ dari Ustadz Yusuf Mansur. Beliau mengajarkan sedekah kepada jamaah antara lain dengan menceritakan testimoni. Dan ternyata di situsnya, wisatahati.com, beliau mengumpulkan banyak testimoni dari jamaah yang merasakan manfaat dari sedekah. Beliau juga banyak bersilaturahmi kepada guru, ustadz, kiai untuk mendapatkan berbagai pengalaman. Jadi, saya menyimpulkan bahwa testimoni adalah pengalaman nyata yang dituliskan dalam bentuk cerita.
Metode inilah yang saya gunakan untuk mengajarkan penyebab bencana kepada siswa. Saya yakin bahwa siswa pasti pernah mengalami bencana/musibah. Dari sanalah, saya mengumpulkan berbagai pengalaman atau testimoni bencana dari siswa. Kemudian, siswa disuruh menarik hikmah dari bencana yang dialami.
C. Belajar dengan Testimoni
Pada materi sebelumnya, para siswa telah diberikan pengetahuan tentang bencana. Siswa diajarkan bahwa bencana tidak hanya berupa gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, banjir, atau tsunami. Bencana dapat berupa kebodohan, kemiskinan, kecelakaan, dan kematian. Bahkan bencana terbesar dalam hidup kita adalah ketika kita mati dalam keadaan su’ul khotimah atau mati ketika kita berbuat maksiat.
Saya memberikan contoh terlebih dahulu tentang testimoni bencana yang pernah saya alami:
“Saya biasa mengantarkan ibu saya ke kantor menggunakan sepeda motor. Pada suatu hari, saya mengendarai motor dengan cepat. Ketika menyalip mobil elf, saya tidak tahu bahwa di depan elf ada motor lain yang akan belok. Menghindari tabrakan, saya mengerem motor. Ternyata remnya sedikit blong, saya dan ibu saya terjatuh. Syukurnya, ibu tidak mendapatkan luka yang berarti. Saya mendapatkan beberapa luka lecet di dada dan kaki disertai sakit pegal di seluruh tubuh.”
Kemudian saya menyampaikan beberapa hikmah dari kecelakaan yang saya alami:
1. Berdo’alah minta keselamatan ketika berkendaraan.
2. Periksa motor sebelum berangkat.
3. Jangan kebut-kebutan, karena kalau ngebut motor tidak terkendali.
4. Mengendarai motor harus waspada dan hati-hati.
Setelah bercerita, saya menyuruh siswa menulis testimoni di selembar kertas. Agar siswa tidak malu, saya menyuruh siswa tidak mencantumkan namanya di kertas. Kalau sudah, kertas tersebut dikumpulkan. Siswa mulai menuliskan testimoni bencana yang dialaminya. Para siswa kelihatan berpikir mengingat-ingat kembali bencana yang pernah menimpanya. Saya memperhatikan siswa dengan seksama. Saya sangat senang melihat siswa saya mengerjakan testimoni dengan serius.
Beberapa lama kemudian, siswa yang sudah selesai membuat testimoni mulai mengumpulkan. Setelah kumpul semuanya, saya mencoba membaca beberapa testimoni. Berikut saya kutipkan beberapa testimoni bencana dari siswa saya. Mudah-mudahan ada hikmahnya bagi kita semua.
Waktu kemaren aku lupa belajar dan mengerjakan PR, dan keesokan hari aku pun pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah akupun diberi tahu bahwa sekarang ulangan, akupun langsung terkejut dan aku langsung membuka-buka buku.
Namun, waktu aku mau membuka buku dan belajar, gurunya sudah terlanjur masuk. Dan gurunya pun langsung memberikan soal-soal buat ulangan, aku terkejut setelah aku diberikan soalnya. Saat aku membaca soalnya, ternyata soal-soalnya belum aku pelajari sehingga aku hanya mengisi soalnya dengan sembarangan.
Dan pada saat diperiksa, aku mendapat nilai yang sangat rendah dan akupun diHER. Mulai saat itu aku berpikir bahwa aku harus lebih giat belajar sehingga aku tidak mendapat nilai yang jelek. Hhe …
Hikmah:
Aku tidak boleh males belajar lagi,
Aku harus lebih giat belajar lagi supaya saat ulangan aku mendapat nilai yang bagus.
Jangan merasa diri kita itu yang paling pintar. Walaupun sudah pintar, kita harus tetap belajar.

Dulu waktu saya kelas 7, saya di kelas orang yang paling rajin sekolah dan belum pernah bolos. Saat itu saya bilang ke teman-teman saya Hai… teman lihat aku dong aku selama ini belum pernah bolos, meskipun di kelas banyak orang yang sakit.
Setelah saya bilang begitu ke teman-teman saya, ternyata besoknya saya sakit (panas, batuk). Dan akhirnya saya tidak masuk sekolah selama 4 hari. Setelah saya sudah sembuh dan saya kembali berangkat ke sekolah, teman-teman saya mentertawakan saya, bahkan ada yang bilang mangkanya kamu itu jangan sombong kalau sombong pasti ada akibatnya. Dari situ saya berfikir, oh… iya saya sombong sekali saat itu mangkanya saya kena akibatnya. Lain kali saya tidak akan begitu lagi soalnya saya takut kena akibatnya.

Pada hari Jum’at saya dan teman-teman saya sudah pulang sekolah. Pada saat itu saya diajak teman-teman ke sawah dan di sawah saya dan teman-teman membakar singkong dan lupa bersolat Jum’at. Setelah itu saya dan teman-teman mandi di sungai. Setelah kedinginan saya pulang bersama teman-teman. Pas lagi di jalan ada mobil yang mau pulang ke desa dan saya menaiki mobil itu. Waktu saya lompat-lompat di mobil tu, mobil itu menikung tajam sekali lalu saya terlempar dari mobil itu bersama teman saya yang bernama Sutisna dan Sutisna pun tergeletak bersama saya. Sutisna mengalami kepalanya bocor dan saya mengalami kecelakaan di tangan kanan. Sekarang pun lukanya masih ada.
Hikmah: menyesal karena tidak berjum’atan.

Pada waktu saya mau nonton TV saya tidak sadar kalau tangan saya basah dan kabelnya terkelupas sedikit. Pada waktu mau nyolokin kabel TV saya langsung tersengat listrik dan tangan saya sedikit luka. Dan langsung saja saya bantingin kabel itu.
Hikmah: kita jangan teledor pada saat mau nyolokin kabel dan juga kita harus mengelap tangan yang basah dan melihat apakah kabel itu terkelupas/tidak.

Sewaktu saya diberi pengumuman oleh guru bahwa 2 hari lagi akan ulangan saya masih merasa tenang karna waktu 2 hari itu cukup untuk saya menghafal. Saya bercerita kepada ibu saya bahwa saya akan ulangan nanti. Orang tua saya mengatakan bahwa saya belajar mulai dari sekarang. Tetapi saya merasa hal itu mudah bagi saya dan saya meremehkan hal itu. Ibu saya bilang ‘nanti nilai kamu kecil’ tetap saja saya tidak menghiraukan. Hingga pada hari itu waktu ulangan saya belum pernah menghafal. Akhirnya saya mendapat nilai kecil.
Hikmah:
Jangan meremehkan sesuatu hal, tidak mendengarkan orang tua.
Berdoa kepada Allah SWT supaya diberi kemudahan dalam belajar. Dan penuh semangat dan niat dalam belajar.

D. Penutup
Itulah beberapa testimoni dari siswa saya tentang bencana yang dialaminya. Siswa dapat menuliskan cerita dan dapat mengambil hikmah dari bencana yang dialaminya. Saya berpendapat bahwa testimoni tersebut dapat menjadi bahan berbagi pengetahuan antarsiswa atau bahkan bagi guru sendiri.
Ternyata kita dapat berbagi cerita dan hikmah dari pengalaman yang dialami oleh kita, siswa kita, dan dari siapa saja. Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik. Dan guru yang terbaik bagi siswa kita adalah pengalaman mereka sendiri.